MIKROBIOLOGI
FARMASI
PENETAPAN
AKTIVITAS VITAMIN B12
Baku pembanding
sianokobalamin BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya. Lakukan pengeringan diatas silika gel P selama 4 jam sebelum digunakan.
Larutan uji ukur
atau timbang seksama sejumlah zat uji bila perlu sudah diserbuk haluskan,
masukkan kedalam wadah yang sesuai berisi larutan pengektraksi. Untuk tiap gram
atau ml zat uji diperlukan 25 ml larutan pengekstraksi yang dibuat segar. Tiap
100 ml pengekstraksi mengandung 1,29 g dinatrium fosfat P, 1,1 g sitrat
anhidrat P dan 1,0 g natrium metabisulfit P dalam air. Campuran dipanaskan
didalam autoclave pada suhu 121°C selama 10 menit. Biarkan partike yang tidak
terlarut mengendap , saring atau sentrifusi jika perlu. Encerkan sejumlah
alikot jernih dengan air hingga larutan uji akhir mengandung vitamin B12 dengan
aktivitas lebih kurang setara dengan aktivitas larutan baku sianokobalamin,
yang dimasukkan kedalam tabung penetapan kadar.
Larutan baku persediaan
timbang seksama sianokobalamin BPFI, larutkan dalam etanol p 25% hingga kadar
10µg per ml. Simpan dalam lemari pendingin.
Larutan baku encerkan
sejumlah volume larutan baku persediaan dengan air hingga volume sedemikian
rupa hingga setelah masa inkubasi
seperti tertera pada prosedur , perbedaan transmitan antara blanko
terenokulasi dan aras 5,0 ml larutan baku tidak kurang dari yang setara dengan
perbedaan 1,25 mg bobot sel kering.
Kadar ini biasanya antara 0,01 ng dan 0n04 ng per ml larutan baku. Buat larutan
baku segar untuk setiap penetapan kadar.
Larutan persediaan media bassal buat
media sesuai cara dan formula berikut : campuran dehidrat yang mengandung
komponen sama dapat digunakan dengan syarat ketika dikonstitusi menurut
ketentuan yang tercantum pada etiket, memeberikan suatu media yang sebanding
dengan yang diperoleh dari formula berikut ini. Tambahkan menurut urutan dalam
daftar. Larutkan secara hati-hati L-sistin P dan L-triftopan P dalam asam
klorida sebelum penambahan delapan larutan berikutnyadalam larutan yang diperoleh.
Tambahkan 100 ml air, campur, larutan dekstrosa anhidrat P, natrium asetat P
dan asam askorbat P. Saring jika perlu, tambahkan larutan polisorbat 80, atur
pH larutan antara 5,5 dan 6,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N dan
tambahkan air murni hingga 250 ml
L-sistin P 0,1g
L-triftofan P 0,05 g
Asam klorida 1 N 10 ml
Larutan vitamin
I 10 ml
Larutan vitamin
II 10 ml
Larutan garam A 5 ml
Larutan garam B 5 ml
Larutan
asparagin 5 ml
L. kasein
terhidrolisis asam 25 ml
Dekstrosa
anhidrat P 10 g
Natrium asetat
anhidrat P 5 g
Asam askorbat P 1 g
Larutan
polisorbat 80 5 ml
Larutan kasein
terhidrolisis asam buat seperti yang tertera pada penetapan kalsium pentotenat
Larutan
asparagin larutkan 2,0 g L-asparagin P dalam air hingga 200 ml. Simpan dibawah
lapisan tuluena dalam lemari pendingin.
Larutan
adenin-guanin-urasil. Buat seperti yang tertera pada penetapan kadar kalsium
pentotenat.
Larutan xantin
suspensikan 200 mg xantin dalam 30 ml sampai 40 ml air, panaskan hingga suhu
kurang dari 70°, tambahkan 6,0 ml amonium hidroksida 6 N, aduk sampat zat padat
sampai melarut. dinginkan dan tambahkan air hingga 200 ml. Simpan dibawah
lapisan tuluena dalam lemari pendingin.
Larutan garam A
larutkan dalam 10 g kalium fosfat mono basa P dan kalium fosfat dibasa P dalam
air hingga 200 ml. Tambahkan 2 tetes asam klorida P dan simpan dibawah larutan
tuluena.
Larutan garam B
larutkan 4,0 g magnesium sulfat P, 0,20 g natrium klorida P, 0,20 g besi (II)
sulfat P dan 0,20 g mangan sulfat P dalam air 200 ml. Tambahkan 2 tetes asam
klorida P dan simpan dibawah lapisan tuluena.
Larutan
polisorbat 80 larutkan 20 g polisorbat 80 P dalam etanol P hingga 200 ml.
Simpan didalam lemari pendingin.
Larutan vitamin
I larutkan 10 mh riboflavin P, 10 mg tiamin hidroklorida P, 100µg biotin P,dan
20 mg niasin P dalam asam asetat glasial 0,02 N hingga 400 ml. Simpan
terlindung dari cahaya dan dibawah lapisan tuluena dalam lemari pendingin.
Larutan vitamin
II larutkan 20 mg asam ara-amino benzoat P, 10 mg kalsium pentotenat P, 40 mg
piridoksin hidroklorida P, 40 mg piridoksal hidroklorida P, 8 mg piridoksamin
dihidroklorida P dan 2 mg asam folat P dalam larutan etanol netral P ( 1 dalam
4 ) hingga 400 ml. Simpan terlindung cahaya , dalam lemari pendingin.
Sediaan sari
tomat. Sentrifusi sari tomat dalam kaleng yang dapat diperoleh diperdagangan
hingga hampir seluruh daging buah terpisah. Suspensikan bahan penyaring
analitik lebih kurang 5 g perliter kedalam beningan dan saring dengan bantuan
pengurangan tekanan melalui lapisan bahan penyaring. Ulangi jika perlu, hingga
diperoleh filtrat jernih berwarna jerami. Simpan dibawah lapisan tuluena dalam
lemari pendingin.
Media biakan.
Larutka 0,75 g ekstrak ragi P larut air, 0,75 pepton kering P, 1,0 g dekstrosa
anhidrat P dan 0,20 g kalium fosfat monobasa P dalam 60 ml hingga 70 ml air.
Tambahkan 10 ml larutan sari tomat dan 1 ml larutan polisorbat 80. Atur pH
larutan 6,8 dengan natrium hidroksida 1 N dan tambahkan air hingga 100 ml.
Masukkan 10 ml larutan dalam tabung reaksi dan tutup dengan kapas, sterilkan
tabung dan isinya dengan autoclave 121° selama 15 menit. Dinginkan secepat
mungkin untuk menghindarkan pembentukan warna akibat panas berlebih.
Media suspensi
encerkan sejumlah volume larutan media persediaan media basal, dengan air sama
banyak. Masukkan 10 ml larutan kedalam tabung reaksi. Sterilkan dan dinginkan
seperti yang tertera pada media biakan.
Biakan
persediaan lactobasillus leichmannii tambahkan
1,0 g hingga 1,5 g agar kedalam 100 ml media biakan panaskan diatas tangas uap,
sambil duduk hingga agar melarut. Masukkan lebih kurang 10 ml larutan panas
dalam tabung reaksi, tutup dan sterilkan dengan autoclave 121° selama 15 menit
dan biarkan tabung dingin dengan posisi tegak. Inokulasi dengan cara tusukkan 3
atau lebih tabung dengan biakan murni lactobasillus
leichmannii . inkubasi selama 16-24 jam pada suhu yang dipilih antara
30°-40°, usahakan tetap pada ±0,5° dan akhirnya simpan dalam lemari pendingin.
Buat biakan segar dalam agar tegak paling sedikit 3 kali setiap minggu dan tidak
boleh digunakan untuk pembuatan inokulum jika berumur lebih dari 4 hari.
Aktivitas jasad renik dapat ditingkatkan dengan memindahkan biakan tegak tiap
hari atau tiap 2 hari, untuk mencapai dimana tingkat kekeruhan dalam inokulum
cair dapat diamati 2 jam sampai 4 jam setelah inokulasi. Biakan yang tumbuh
lambat,jarang memberikan kurva respon yang sesuai dan dapat memberikan hasil
yang salah.
Inokulum.
Pindahkan sel biakan induk lactobasillus
leichmannii, kedalam dua tabung steril masing-masing berisi 10 ml media
biakan. Inkubasi biakan ini selama 16 jam hingga 24 jam pada suhu yang dipilih
30° dan 40°, pertahankan suhu pada ±5°. Secara aseptik sentrifus biakan dan
endap tuangkan berningan. Suspensikan sel biakan dalam 5 ml biakan media
suspensi steril dan bercampur. Tepatkan volume dengan media suspensi steril
sedemikian rupa hingga enceran ( 1 dalam 20 ) dalam larutan natrium klorida P
0,9 % memberikan transmitan 70 % jika diukur pada panjang gelombang lebih
kurang 530 nm menggunakan larutan natrium klorida 0,9 % sebagai blanko. Buat
pengenceran ( 1 dalam 400 0 suspensi yang telah diukur menggunakan larutan
persediaan media basal dan gunakan untuk inokulum uji ( enceran ini dapat
diubah bila perlu hingga diperoleh respon uji yang diinginkan ).
Kalibrasi spektrofotometer
tera pada panjang gelombang spektrofotometer secara berkala, menggunakan sel
panjang gelombang baku atau alat yang sesuai. Sebelum membaca setiap pengujian
, kalibrasi spektrofotometer untuk transmitan 0% dan 100% menggunakan air
dengan panjang gelombang yang diatur pada 530 nm.
Prosedur
bersihkan alat secermat muungkin, selanjutnya dilanjutkan dengan pemanasan pada
suhu 250° selama 2 jam untuk tabung reaksi kaca tahan panas dengan ukuran lebih
kurang 20 mm x 150 mm dan alat kaca lainnya, karena kepekaan yang tinggi dari
jasad renik uji terhadap jumlah kecil aktivitas vitamin B12 dan terhadap spora bahan pencuci. Tambahkan 2
tabung dari 2 seri tabung reaksi berturut-turut 1,0 ml 1,5 m 2ml 3ml dan 4 ml larutan uji. Kedalm tiap tabung
tambahkan 0,5 ml larutan persediaan media basal dan air hingga 10 ml. Letakkan
satu seri larutan baku dan larutan uji didalam satu rak dan seri kedua dalam
rak lain atau bagian rak, sebaiknya letakkan tabung dalam urutan yang acak.
Tutup tabung untuk menghindarkan kontaminasi bakteri dan sterilkan dengan
autoclave 121° selama 5 menit, bila perlu atur supaya suhu tersebut tercapat
tidak lebih dari 10 menit dengan cara memanaskan autoclave sebelumnya. Lakukan
upaya untuk mempertahankan sterilitas dan pendinginan secara seragam selama
penetapan kadar, karena letak tabung yang terlalu berdekatan dalam autoclave
atau melebihi kapasitas muat autoclave dapat menyebabkan kecepatan pemanasan
yang bervariasi.
Secara aseptik
tambahkan ke tiap tabung 0,5 ml inokulum kecuali 2 dari 4 tabung yang tidak
berisi larutan baku . inkubasi tabung pada suhu 30° sampai 40° pertahankan suhu
±5° selama 16 jam sampai 24 jam.
Hentikan
pertumbuhan dengan cara pemanasan pada suhu tidak kurang dari 80° selama 5
menit. Dinginkan hingga suhu kamar. Goyangkan isinya, dan ukur transmitan
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Pengamatan dilakukan
beberapa detik setelah digoyang, bila transmitan tetap selama 30 detik atau
lebih. Lakukan pembacaan untuk tiap tabung dalam selang waktu yang hampir sama.
Dengan mengatur
transmitan pada 100% untuk blanko tidak terinokulasi baca transmitan pada
blanko terinokulasi, baca transmitan blanko terinokulasi. Jika perbedaan lebih
besar dari 5% atau jika terkontaminasi dengan jasad renik lain abaikan hasil penetapan.
Dengan mengatur
transmitan pada 100 % untuk blanko tidak terinokulasi ,baca transmitan tiap
tabung lain. Abaikan penetapan bila kemiringan kurva baku menunjukkan masalah
sensitivitas.
Perhitungan buat
kurva baku antara konsentrasi dan respon dengan cara berikut. Periksa dan
abaikan tiap transmittan yang menyimpang. Untuk tiap tingkat kadar baku, hitung
respon dari jumlah harga duplikasi transmitan [Ʃ] sebagai selisih y = 2,00-Ʃ.
Buat kurva dengan respons pada ordinat ketas grafik terhadap logaritma dari
jumlah volume larutan baku dalam ml tiap tabung pada absis menggunakan ordinat
kertas grafik terhadap logaritmik, sehingga diperoleh garis mendekati luruh
yang lebih. Gambar garis lurus atau kurva yang paling mendekati titik yang
diperoleh.
Hitung respon y
dengan menambah dengan dua transmitan untuk tiap kadar larutan uji. Baca dri
kurva baku logaritma volume larutan baku yang sesuai untuk tiap harga y yang
terdapat dalam rentang titik terendah dan tertinggi dari baku. Kurangkan dari
tiap logaritma yang diperoleh dari logaritma volume dalam ml dalam larutan uji
untuk memeperoleh perbedaan x untuk tiap tingkat dosis. Hitung harga rata-rata
dari x untuk tiap 3 atau lebih tingkat dosis untuk memperoleh x= M’ log potensi
relatif dari larutan uji. Hitung jumlah dalam µg, sianokobalami BPFI sesuai
dengan sianokobalamin dalam sediaan uji dengan persamaan antilog M= antilog ( M’ + log R ), R adalah jumlah
dalam siano kobalamin dalam tiap mg yang
digunakan.
Ulangi seluruh
penetapan sekurang kurangnya satu kali menggunakan larutan uji yang terpisah.
Jika perbedaan diantaranya log potensi M tidak lebih dari 0,08 harga rata-rata
M adalah log potensi sediaan uji seperti penetapan aktivitas vitamin B12 dalam
desain penetapan analisis penetapan hayati. Jika penetapan dari keduanya
berbeda ;ebih dari 0,08 lakukan satu atau lebih penetapan tambahan. Dari harga
rata-rata dua atau lebih harga M yang tidak berbeda lebih dari 0,15 hitung
potensi rata-rata larutan uji.
UJI EFEKTIVITAS PENGAWET
Pengawet
antimikroba adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi
sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet digunakan terutama pada wadah
dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk secara tidak
sengaja selama atau setelah proses produksi.
Setiap zat
antimikroba dapat bersifat pengawet meskipun demikian semua zat antimikroba
adalah zat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara maksimum, pada
penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar oengawet yang masih
efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbuklkan keracunan pada manusia.
Pengujian
dimaksudkan untuk menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan
pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair.
Pengujian dan persyaratan hanya berlaku pada produk di dalam wadah asli belum
dibuka yang didistribusikan oleh produsen.
Mikroba
uji.
Gunakan biakan
mikroba berikut :
Candida albicans
(ATCC No:0231) ; Aspergillus niger (ATCC No.16404); Escherichia coli (ATCC
No.9027) dan Staphylococcus aureus (ATCC No.6538)
Selain mikroba
yang disebut di atas, dapat digunakan mikroba lain sebagai tambahan terutama
jika dianggap mikroba bersangkutan dapat merupakan kontaminan selama penggunaan
sediaan tersebut.
Media
Utuk biakan awal
mikroba uji, pilih media agar yang sesuai untuk pertumbuhan yang subur mikroba
uji, seperti Soybean-Casein Digest Agar Medium.
Digesti
pankreatik kasein P 15,0 g
Digesti papaik
tepung kedele p 5,0 g
Natrium klorida
p 5,0 g
Agar p 5,0 g
Air 1000
ml .
pH setelah
sterilisasi 7,3±0,2
Pembuatan
Inokula
ü Inkubasi
biakan bakteri pada suhu 30 – 35C selama 18 jam – 24 jam. Biakan Candida
albicans pada suhu 20-25C selama 48 jam dan biakan Aspergillus niger pada suhu
20-25 C selama 1 minggu.
ü Gunakan
larutan NaCl p 0,9% steril untuk memanen biakan bakteri dan Candidia albicans
dengan mencuci permukaan pertumbuhan dan hasil cucian dimasukkan kedalam wadah
yang sesuai dan tambahkan larutan NaCl 0,9% steril secukupnya.
ü Untuk
memanen Aspergillus niger lakukan hal yang sama menggunakan larutan NaCl 0,9%
steril yang mengandung polisorbat 80 p 0,05% danatur anka spora hingga lebih
kurang dari 100 juta pem ml dengan penambahan larutan NaCl 0,9% steril
ü Sebagai
alternatif, mikroba dapat dipertumbuhkan di dalam media cair yang sesuai dan
panenan sel dilakukan dengan cara sentrifugasi, dicuci, dan disuspensikan
kembali dalam larutan NaCl P 0,9% steril sedemikian rupa hingga dicapai angka
mikroba atau spora yang dikehendaki.
Prosedur
ü Jika
wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik meggunakan jarum suntik melalui
sumbat karet, lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan
tidak dapat tembus secara aseptik, pindahkan 20ml sampel ke dalam masing-masing
5 tabung bakteriologik bertutup, berukuran, dan steril.
ü Inokulasi
masing-masing wadah atau tabung dengan salah satu suspensi mikroba baku
menggunakan perbandingan 0,1 ml inokulas setara dengan 20 ml sediaan, dan
campur.
ü Mikroba
uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkan sedemikian rupa hingga jumlah
mikroba di dalam sediaan uji segera setelah inokulasi adalah anatara 100.000
dan 1.000.000 per ml.
ü Tetapkan
jumlah mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula dan dihitung angka awal
mikroba tiap ml sediaan yang diuji dengan metode lempeng
ü Inkubasi
wadah dan tabung yang telah diinokulasi pada suhu 20-25C. Amati wadah pada hari
ke-7, 14, 21, dan 28 sesudah inokulasi.
ü Catat
tiap perubahan yang terlihat dan ditetapkan jumlah mikroba viabel pada tiap
selang waktu terseut dengan metode lempeng. Dengan menggunakan bilangan
teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung perubaha kadar dalam persen tiap
mikroba selama pengujian.
Penafsiran
Hasil
Suatu pengawet
dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji, jika :
a. Jumlah
bakteri viable pada hari ke-14 kurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah
awal
b. Jumlah
kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari
jumlah awal
c. Jumlah
tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau
kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.
PENETAPAN
KADAR KALSIUM PANTOTENAT
Lakukan
pengeringan pada suhu 1050 selama 3 jam sebelum digunakan. Larutan
baku persediaan, timbang lebih kurang 50 mg kalsium pantonenat yang telah
dikeringkan dan disimpan ditempat gelap, diatas fosfor pentoksida P, hindari
penyerapan uap air selama penimbangan. Larutkan dengan lebih kurang 500 ml air
dalam labu terukur 1000 ml. tambahkan 10 ml asam asetat 0,2 N dan 100 ml larutan
natrium asetat P (1 dalam 60), encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml
larutan setara dengan 50 µg kalsium pantotenat. Simpan dibawah lapisan toluena
P dalam lemari pendingin.
Larutan baku, pada hari pengujian,
encerkan sejumlah larutan baku persediaan yang diukur seksama dengan air hingga
kadar antara 0,01 µg dan 0,04 µg kalsium pantotenat per ml gunakan kadar yang
tepat hingga respon yang diperoleh seperti tertera pada prosedur, 2,0 ml dan
4,0 ml. larutan baku yang digunakan, berada dalam garis lurus kurva respons log
kadar.
Larutan uji : buat larutan seperti yang
tertera pada masing-masing monografi dengan kadar setara dengan kalsium
pantotenat dalam larutan baku.
Larutan
persediaan media basal
Larutan kasein terhidrolisis asam 25 ml
Larutan sistin triptofan 25
ml
Larutan polisorbat 80 0,25
ml
Dekstrosa anhidrat 10
g
Natrium asetat anhidrat 5 g
Larutan adenine-guanin-urasil 5 ml
Larutan
riboflavin-tiamin-hidroklorida-biotin 5
ml
Larutan asam
para-aminobenzoat-niasin-
Piridoksin
hidroklorida 5
ml
Larutan garam A 5
ml
Larutan garam B 5
ml
Larutkan
dekstrosa anhidrat dan natrium asetat dalam larutan yang telah dicampur
terdahulu, atur pH 6,3 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N, encerkan
dengan air hingga 250 ml.
Larutan kasein terhidrolisis asam,
campur 100 g kasein P bebas vitamin dengan 500 ml asam klorida 6 N dan refluks
campuran selama 8 jam sampai 12 jam. Hilangkan asam klorida dalam campuran
dengan penyulingan pada tekanan rendah hingga sisa berbentuk pasta kental.
Larutkan kembali pasta yamg terbentuk dengan air, atur pH 3,5 ± 0,1 dengan
natrium hidroksida 1 N dan tambahkan air hingga 1000 ml. tambahkan 20 g arang
aktif P, aduk selama 1 jam dan saring. Ulangi perlakuan dengan arang aktif
simpan dibawah toluene P dalam lemari pendingin pada suhu tidak kurang dari 100.
Saring larutan jika pada waktu penyimpanan terbentuk endapan.
Larutan sistin triptofan, suspensikan
4,0 g L-sistin P dan 1,0 g L-triptofan P (atau 2,0 g D,L-triptofan) dalam 700
ml sampai 800 ml air, panaskan pada suhu 700 hingga 800
dan tambahkan larutan asam klorida P (1 dalam 2) tetes demi tetes dengan
pengadukan sampai padatan larut. Dinginkan dan tambahkan air hingga 1000 ml.
simpan dibawah toluene P dalam lemari pendingin pada suhu tidak kurang dari 100.
Larutan
adenine-guanin-urasil, larutan dengan
pemanasan adenine sulfat P, guanine hidroklorida P dan urasil P masing-masing
200 mg dalam 10 ml asam klorida 4 N, dinginkan dan tambahkan air hingga 200 ml.
simpan dibawah lapisan toluene dalam lemari pendingin.
Larutan polisorbat 80, larutkan 25 g
polisorbat 80 P dalam etanol P hingga 250 ml.
Larutan riboflavin-tiamin
hidroklorida-biotin, buat larutan dalam asam asetat 0,02 N hingga tiap ml
mengandung masing-masing 20 µg riboflavin P, 10 µg tiamin hidroklorida P dan
0,04 µg biotin P. Simpan dibawah lapisan toluene dalam lemari pendingin
terlindung cahaya.
Larutan asam
para-aminobenzoat-niasin-piridoksin hidroklorida, buat larutan dalam etanol
P 25% netral hingga tiap ml mengandung 10 µg asam para aminobenzoat P, 50 µg
niasin P dan 40 µg piridoksin hidroklorida P. simpan dalam lemari pendingin.
Larutan garam A, larutkan 25 g kalium
fosfat monobasa P dan 25 g kalium fosfat dibasa P dalam air hingga 500 ml.
Tambahkan 5 tetes asam klorida P, simpan dibawah lapisan toluene.
Larutan garam B, larutkan 10 g
magnesium sulfat P, 500 mg natrium klorida P, 500 mg besi (II) sulfat P dan 500
mg mangan sulfat P dalam air hingga 500 ml. tambahkan 5 tetes asam klorida P,
simpan dibawah lapisan toluene.
Biakan persediaan lactobacillus plantarum. Larutkan
2,0 ekstrak ragi P larut air dalam
100 ml air, tambahkan 500 mg asam dekstrosa
anhidrat P, 500 mg natrium asetat
anhidrat P dan 1,5 agar P, panaskan campuran di atas tangas uap sambil
diaduk hingga agar terlarut. Tuang masing-masing lebih kurang 10 ml larutan
agar panas ke dalam tabung reaksi, tutup tabung, sterilkan pada suhu 121⁰,
biarkan tabung mendingin dalam posisi tegak. Buat biakan dari biakan murni Lactobacillus plantarum dengan tusukan
pada tiga atau lebih tabung reaksi. Inkubasi selama 16 jam sampai 24 jam pada
suhu antara 30⁰
dan 37⁰
± 0,5⁰
kemudian simpan dalam lemari pendingin. Buat biakan segar dari biakan
persediaan setiap minggu dan tidak boleh digunakan sebagai inokulum bila umur
biakan lebih dari 1 minggu.
Media biakan. Pada tiap seri tabung
berisi 5,0 ml Larutan persediaan media basal
tambahkan 5,0 ml air yang
mengandung 0,2 µg kalsium pantotenat. Sumbat tabung dengan kapas, sterilkan
dalam autoklaf pada suhu 121⁰
dan dinginkan.
Inokula .Pindahkan sel dari
biakan persediaan Lactobacillus plantarum
ke dalam tabung steril berisi 10 ml media
biakan. Inkubasi biakan selama 16 jam hingga 24 jam pada suhu yang diilih
antara 30⁰
dan 37⁰
± 0,5⁰.
Suspensi sel yang diperoleh adalah inokula.
Prosedur .Pada dua seri tabung
reaksi ukuran sama masukkan 1,0 ml dan/atau 1,5 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml dan
5,0 ml Larutan baku. Pada tiap tabung
dan 4 tabung sejenis yang tidak berisi larutan baku tambahkan 5,0 ml Larutan
persediaan media basal dan air secukupnya
hingga 10 ml. Pada dua seri tabung reaksi sejenis masukkan sejumlah Larutan uji
setara dengan 3 atau lebih tingkat kadar Larutan baku meliputi tingkat 2,0 ml;
3,0 ml; 4,0 ml. Pada masing-masing tabung tambahkan 5,0 ml Larutan persediaan media basal dan air secukupnya hingga 10 ml.
Tempatkan dua seri tabung Larutan baku dan Laritan uji bersama-sama dalam rak
tabung dan sebaiknya tempatkan tabung secara acak.
Tutup tabung
untuk mencegah kontaminasi jasad renik dan panaskan dalam autoklaf pada suhu 121⁰
selama 2 menit. Dinginkan dan tambahkan 1 tetes inokula pada tiap tabung
kecuali 2 dari 4 tabung yang tidak berisi Larutan baku (sebagai blanko yang
tidak diinokulasi) dan campur. Inkubasi tabung pada suhu antara 30⁰
dan 37⁰
± 0,5⁰
selama 16 jam hingga 24 jam, sampai tidak terbentuk penambahan kekeruhan pada
tabung yang mengandung baku kadar tertinggi dalam waktu 2 jam.
Tentukan
transmitans tabung dengan cara swbagai berikut; Campur isi tia tabung, ukur
transmitans pada panjang gelombang antara 540 nm sampai 660 nm, setelah
tercapai keadaan stabil. Keadaan stabil dicapai beberapa detik setelah dikocok,
bila pembacaan transmitans stabil selama 30 detik atau lebih. Gunakan interval
waktu yang relatif sama untuk setiap pembacaan tabung.
Atur transmitans
1,00 menggunakan blangko yang tidak diinokulasi, ukur transmitans blangko
terinokulasi. Dengan transmitans 1,00 untuk blangko terinokulasi, ukur
transmitans tabung-tabung lain. Jika terjadi kontaminasi dengan jasad renik
asing, ulangi pengujian.
Perhitungan.
Buat kurva baku antara kadar dan respons dengan cara sebagai berikut : Untuk
tiap tingkat kadar larutan baku, hitung respon dari jumlah harga duplikasi
transmitans (∑) sebagai selisih , Y = 2,00 - ∑ (dari tansmitans). Gambarkan
kurva dengan respons pada ordinat kertas grafik terhadap log dari volume
larutan baku dalam ml tiap tabung pada absis, untuk ordinat menggunakan skala
aritmatika atau logaritmik sehingga diperoleh mendekati garis lurus. Gambar
garis lurus atau kurva yang paling sesuai dengan titik yang diperoleh.
Hitung respon y dengan menambah
bersama dua transmitans untuk tiap kadar larutan uji. Baca dari kurva baku
logaritma volume larutan baku yang sesuai untuk tiap harga y yang terletak
dalam rentang titik terendah dan tertinggi dari baku. Kurangkan dari tiap
logaritma yang diperoleh, logaritma dari volume dalam ml larutan uji untuk memperoleh
perbedaan, x, untuk tiap tingkat dosis. Harga rata-rata x untuk masing-masing
tiga atau lebih tingkat dosis untuk memperoleh x = M’, log-potensi relatif
larutan uji. Hitung jumlah dalam mg Kalsium Pantotenat BPFI yang sesuai dengan
kalsium pantotenat dalam sejumlah bahan yang digunakan untuk pengujian sebagai
antilog : M = antilog (M’ + log R)
R adalah jumlah mg
kalsium pantotenat yang diperkirakan ada dalam tiap mg (kapsul atau tablet)
yang digunakan untuk pengujian.
Pengulangan. Ulangi seluruh
penetapan sekurang-kurangnya satu kali, dengan Larutan uji yang dibuat terpisah.
Jika perbedaan antara dua log potensi M tidak lebih dari 0,08, harga rata-rata
M adalah log potensi sediaan uji sepert tertera pada Rentang batas keyakinan dari potensi dalam Desain dan Analisis
Penetapan Hayati <81>. Jika dua penetapan berbeda lebih dari 0, 08
lakukan satu atau lebih penetapan tambahan. Dari harga rata-rata dua atau lebih
harga M yang tidak berbeda lebih dari 0,15, hitung potensi rata-rata Larutan Uji.